Mewujudkan Umat Katolik Keuskupan Agung Medan yang Bermisi di Tahun Yubileum 2025

April 11, 2025 0 By Redaksi

Oleh: Alb Irawan Dwiatmaja, M.Fil.
Penyuluh Agama Katolik Kantor Kementerian Agama Kab. Asahan

KITATIMES — Sejak tahun 2023 sampai tahun 2025, Gereja Katolik Keuskupan Agung Medan (penulisan berikutnya disingkat KAM) merefleksikan fokus pastoral berdasarkan tema sinode universal yaitu “Menuju Gereja Sinodal: Persekutuan, Partisipasi, Misi” (For a Synodal Church: Communion, Participation, Mission). Pada tahun 2025, fokus pastoral Gereja Katolik Keuskupan Agung medan yaitu “Umat Katolik yang Bermisi”. Tema ini mengajak seluruh umat Katolik Keuskupan Agung Medan untuk bermenung bersama dan mewujudkan tema tersebut dengan tindakan nyata.

Selama tahun 2024, umat Katolik Keuskupan Agung Medan mewujudkan fokus pastoral yaitu umat Katolik yang berpartisipasi. Partisipasi merupakan hal mendasar dan esensial dalam membangun sinodalitas. Partisipasi melibatkan semua anggota Gereja tanpa memandang status, sungguh terlibat, berkontribusi untuk bergerak maju di jalan pertobatan yang sibuk dengan urusan internal. Gereja tidak hanya berpartisipasi dalam dirinya saja (internal) tetapi harus bergerak keluar, mendatangi, bukan tertutup dan menunggu, bergerak aktif melayani semua orang terutama yang miskin dan terpinggirkan.

Tahun 2025, umat Katolik diajak untuk bersama-sama mewujudkan misi yang masih tetap dalam bingkai tema sinode universal. Dengan bermisi, Gereja Keuskupan Agung Medan mewujudkan umat Katolik yang memberi kesaksian akan Yesus Krisus kepada semua orang. Gereja yang bermisi merupakan tuntutan dan konsekuensi logis dari umat Katolik yang bersekutu dan berpartisipasi.

BACA JUGA : DARI BUMI LANCANG KUNING KE TANAH MELAYU ASAHAN MENEBARKAN KASIH ALLAH

Kata ‘misi’ berakar dari bahasa Latin yang berarti mengutus/mengirim. Dalam Gereja Katolik, kata misi mengandung makna fundamental karena berkaitan dengan tugas dan jati diri Gereja. Gereja yang bermisi berarti dipanggil Allah dan diutus untuk mewartakan kabar sukacita tentang pengalaman penyelamatan Allah kepada manusia. Perutusan yang dijalani Gereja bukan pasif dengan berdiam diri tetapi bergerak untuk menjumpai siapa saja. Dasar biblis misi terdapat dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru. Kita dapat menemukan kisah Allah memanggil Abraham untuk menjadi berkat bagi banyak orang (Kej. 12:1-3) dan kisah-kisah lainnya. Yesus datang ke dunia dengan misi yang jelas yaitu untuk menghadirkan Kerajaan Allah (Mat 5:17: Mrk 1:15). Yesus ingin misi itu harus tetap berlanjut sehingga Ia mengutus murid-Nya. Para murid aktif menjalankan misi. Mereka tidak pasif dengan hanya menunggu. Para murid diberi kuasa untuk menyebarkan misi supaya semua bangsa mengenal Allah dan memperoleh keselamatan. Warta yang disebarkan para murid merupakan Injil keselamatan yang mengajarkan cinta kasih, pengampunan, dan keadilan tanpa dibatasi kelompok, budaya, dan latar belakang tertentu. Kita sebagai umat-Nya tetap melanjukan misi yang berasal dari Yesus Kristus seperti yang diperintahkan kepada para murid-Nya untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa sebagai murid-Nya (Mat 28:19).

Dalam dokumen Konsili Vatikan II Dekrit Ad Gentes, ada dua rumusan misi yaitu misi ad extra (keluar) dan misi ad intra (ke dalam). Misi ad extra yaitu menyebarkan Injil kepada mereka yang belum mengenal Kristus dan misi ad intra yaitu memperkuat iman orang-orang yang sudah dibaptis dan mengenal Injil tetapi kurang berkembang atau belum mengakar. Misi ad intra ini malah boleh dikatakan sebagai yang urgen saat ini dalam Gereja Katolik Keuskupan Agung Medan secara umum. Hal ini dapat kita lihat dari dokumen realitas Gereja KAM. Ada banyak hal yang harus kita kembangkan lagi dengan cara-cara atau jalan-jalan baru bukan hanya pada tataran teoritis tetapi nyata pada program-program yang langsung menyentuh umat secara langsung.

BACA JUGA : Melampaui Batas Diri, Perjalanan dan Refleksi dari Spanyol

Untuk mengukur sejauh mana tindakan yang akan dilakukan sebagai umat Katolik yang bermisi, maka ditetapkan lima (5) indikator keberhasilan yaitu: (1) 100% umat Katolik mampu memahami arti dan makna gereja misioner, (2) 100% umat Katolik berbela rasa dan rela berbagi demi kesejahteraan bersama, (3) 100% umat Katolik membangun dan memelihara soliditas persekutuan gerejawi, (4) 100% umat Katolik menghidupi dan menampakkan buah-buah perayaan liturgi, (5) 100% umat Katolik berani menunjukkan identitas kekatolikannya di tengah masyarakat majemuk. Berdasarkan lima (5) indikator keberhasilan tersebut, setiap Gereja Katolik Paroki KAM (tersebar di berbagai kab/kota kecuali Sibolga, Tapteng, Tapsel sekitarnya, dan Nias), unit karya pastoral seperti yayasan, sekolah, dll diminta melihat realitas yang terjadi sehingga dapat membuat program yang merupakan implementasi dari fokus pastoral: umat Katolik yang bermisi. Berdasarkan pengalaman, diskusi, perumusan masalah penulis dengan pastor paroki dan pengurus Gereja di Gereja Katolik Paroki Sakramen Mahakudus Kisaran, kita dapat merangkum tiga garis besar hal yang menjadi fokus utama umat Katolik KAM sebagai bentuk mewujudkan umat Katolik yang bermisi yaitu (a) Pengajaran iman (katekese) berlanjut, (b) Berbela rasa dan berbagi kepada yang membutuhkan, (c) Pengembangan kesejahteraan bersama (bonum communae).

a. Pengajaran Iman (Katekese) Berlanjut
Belajar dari realitas KAM, umat Katolik KAM kurang memiliki paham tentang arti dan makna misioner dan aplikasinya dalam hidup menggereja. Secara teori, umat mengerti apa itu Gereja tetapi umat kurang terlibat dan memberi perhatian pada urusan dan kebutuhan Gereja. Umat merasa bahwa menjadi pengurus merupakan sebuah jabatan sehingga apabila tidak menjabat maka keterlibatannya tidak ditampakkan lagi. Para pengurus Gereja belum memiliki kecakapan yang memadai untuk melaksanakan tugasnya. Presentasi kehadiran umat sekitar 30-40% setiap minggu dan didominasi oleh kaum perempuan.

Realitas demikian menuntut semua pihak untuk dapat terpanggil untuk terlibat mencari solusi atas permasalahan yang terjadi. Misal di Paroki Kisaran, kami membuat beberapa program sebagai bentuk nyata untuk menguranginya yaitu dengan pendidikan katekis (pengajar iman) voluntir, sermon/pelatihan khotbah, sermon/pelatihan manajemen fungsionaris stasi, pelatihan pengurus dalam sakramentali, sermon/pelatihan khotbah, sermon tradisi Katolik, sermon tata perayaan liturgi, sermon untuk dapat memimpin ibadat ekumenis. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan peran umat di dalam Gereja.

b. Berbelas Rasa dan Rela Berbagi kepada yang Membutuhkan
Bela rasa mengajak kita untuk merasakan dan memahami penderitaan orang lain. Bela rasa menimbulkan tindakan nyata untuk dapat berbagi kepada yang membutuhkan. Bela rasa dan rela berbagi merupakan panggilan kita untuk mencerminkan kasih Tuhan kepada dunia. Bela rasa dan rela berbagi merupakan salah satu upaya untuk menciptakan masyarakat yang peduli dan berkeadilan. Untuk mewujudkan sikap bela rasa dan rela berbagi ini, misalnya di Paroki Kisaran membuat program yaitu gerakan seribu rupiah (donasi), pendampingan dan pemeriksaan kesehatan kepada mereka yang lanjut usia (lansia), pelatihan pembuatan pupuk organik dan eco enzyme sebagai bentuk pemberdayaan. Dengan menghidupi nilai-nilai bela rasa dan rela berbagi, umat Katolik dapat mencerminkan kasih Tuhan di dunia.

c. Pengembangan Kesejahteraan Bersama (Bonum Communae)
Umat Katolik merupakan bagian utuh dari masyarakat setempat. Di tengah masyarakat, mereka menghayati dan menyaksikan imannya sehari-hari. Mereka ambil bagian dalam berbagai kegaitan masyarakat dan untuk pengembangan kesejahteraan bersama (bonum communae). Namun, dalam praktik hidup bermasyarakat, ditemukan juga orang Katolik yang kurang terlibat dalam kegiatan masyarakat. Inti dari identitas kita sebagai umat Katolik adalah bahwa kita dipanggil menjadi garam dan terang dunia (Mat 5:13-16). Berangkat dari pengalaman bahwa masih banyak umat Katolik enggan, malu atau minder untuk menunjukkan identitasnya sebagai Katolik, tindakan yang bisa dilakukan salah satunya adalah pembentukan organisasi kategorial dan organisasi kemasyarakatan (ormas) seperti Pemuda Katolik, Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), PMKRI, dll. Dengan ini, umat Katolik dapat memelihara militansinya dengan memahami, menghidupi, dan mempraktikkan ajaran yang dianutnya dengan sungguh-sungguh.

BACA JUGA : Refleksi Filosofis Akhir Tahun Tentang Waktu

Tahun 2025 merupakan tahun istimewa untuk Gereja Katolik. Paus Fransiskus menetapkan tahun 2025 sebagai Tahun Yubileum. Tahun Yubileum yang ditetapkan oleh Gereja untuk merayakan rahmat dan pengampunan dari Tuhan. Yubileum dipandang sebagai tahun pengampunan dan umat beriman diajak untuk merenungkan dosa-dosa dan mencari pengampunan. Yubileum merupakan waktu untuk merayakan kasih karunia Allah dan bersyukur atas keselamatan yang diberikan Yesus Kristus. Yubileum memperkuat rasa komunitas di antara umat beriman, menyatukan umat Katolik di seluruh dunia dalam iman dan harapan. Ini menjadi kesempatan untuk membangun jembatan antara berbagai komunitas Kristen, mendorong dialog dan kerja sama dalam semangat persatuan.

Dalam terang Tahun Yubileum, umat Katolik Keuskupan Agung Medan berusaha untuk mewujudkan misi di tengah segala permasalahan dan kondisi yang terjadi. Tahun Yubileum menjadi momen tepat sekaligus berahmat untuk dapat selalu belajar tentang iman Katolik (katekese) yang begitu kaya dan tidak habis-habisnya untuk diselami, semakin berbela rasa dan rela berbagi kepada yang membutuhkan sebagi bentuk sikap tobat, dan mengembangkan kesejaheraan bersama (bonum communae). Semoga umat Katolik Keuskupan Agung Medan dapat mewujudkan misi di tahun Yubileum ini.

Klik IKUTI Saluran KITATIMES.COM di WhatsApp